Sabtu, 24 November 2012



Buka Mata,Telinga, dan Hati ?

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Sebuah kisah renungan semoga bermanfaat bagi
diriku, dirimu dan diri kita….

Diantara rintik hujan yang mengantar senja ke
tempat peristirahatannya , semilir angin berhembus
menerpa wajah-wajah letih di jalanan membuat

orang enggan untuk keluar rumah. Genangan-
genangan air mulai muncul di jalan-jalan beraspal
yang tidak lama lagi akan memantulkan cahaya lampu-lampu jalan menandakan malam segera
datang.

Disudut jalan seorang anak kecil masih asyik
memainkan mobil-mobilan bekas yang di
perolehnya tadi siang dari tempat sampah. Ibunya
masih tertidur di sampingnya, atap-atap lebar rumah
dan lebatnya pohon melindungi mereka dari sapuan
air hujan, di sudut lain tampak beberapa pengemis dan pemulung juga mulai merebahkan diri.

” Allahu Akbar…Allahu Akbar” kumandang adzan
Maghrib terdengar saling bersahutan dari corong-
corong spiker masjid, suara yang mengajak orang
menemui Rabb-Nya.

” Bu…Bu..sudah adzan mau sholat gak?” teriak
anaknya membangunkan sang ibu, tapi ibunya
masih tertidur dengan pulasnya. Anak itu diam lalu
meneruskan bermain mobil-mobilan.

Setelah hampir setengah jam asyik bermain , anak tersebut kembali membangunkan ibunya ” Bu….Bu…, …Ibu gak sholat?…… bangun dong

Bu…….Angga lapar nih !!” teriak anaknya, tapi
ibunya masih tetap tertidur, tidak bergeming
sedikitpun. Karena keletihan membangunkan ibunya, ia pun
tertidur di sampingnya. Anak itu berusia lima tahun
dengan badan kurus dan lusuh, sedangkan ibunya
berusia sekitar tiga puluh tahun dengan wajah kurus
pucat seperti orang yang sakit keras.

Tidak beberapa lama adzan Isya berkumandang.

Hujan semakin deras, jalanan tampak sepi. Anak itu
terbangun sambil meringis karena merasa lapar. Dia
bangun lalu berlari ke arah masjid di seberang jalan.

Ia pun menengadahkan tangan kepada jama’ah
masjid yang hendak melaksanakan sholat. Anak itu telah terbiasa mengemis di depan masjid dan di persimpangan jalan, tetapi malam itu tidak satupun jama’ah yang memberikannya uang.

Dia terus meringis menahan sakit perut yang belum
terisi sejak pagi karena ketika siang hari ibunya
muntah-muntah kemudian tidur dan belum bangun
sampai malam itu.

” Aro’aitalladzii yukadzibu biddiin, fadzaa likalladzii
ya du’ul yatiim, wa laa ya khuddu ‘alaa tho ‘aamil miskiin” ( Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin)

…terdengar suara imam membaca surat Al
Maa’un dari dalam masjid tentang para pendusta
agama. Semua jama’ah hafal ayat itu tapi sama seperti nasib anak di luar masjid itu surah Al Maa’un tersebut
terlantar di sudut ingatan.

Anak itu belari kembali kepada ibunya sambil
menangis menahan sakit, tubuhnya basah oleh air
hujan. Air yang bagi makhluk lain menjadi rahmat,
tetapi baginya menjadi seperti sapaan Allah terakhir
kepadanya.

Dia tertidur sambil memegang perut di dada ibunya. Kedua ibu dan anak itu pada pagi harinya ditemukan warga telah meninggal dunia, meninggalkan derita yang dideranya , meninggalkan
para pendusta agama yang tidak pernah mau menyapanya.

Sahabat saudaraku fillah… Ketika malam hujan menghampiri kita, di saat kita berkumpul bersama keluarga dan merasakan
kehangatan, maka sesekali ambillah payung lalu
keluar rumahlah, carilah rintihan di sudut-sudut
jalan, di halte-halte bis , sapalah mereka , redakan
ketakutan di hati mereka berbagilah sedikit.

Jika kokohnya rumah kita masih membuat takut
anak anak kita ketika mendengar halilintar , lalu
bagaimana dengan teriakan anak-anak tanpa atap
tersebut, siapa tahu senyuman kita mampu mengusir
galau dan resah di hati mereka lalu perlahan-lahan
bisa melunturkan stempel pendusta agama di kening kita.

Atau di kala kita melihat pengemis di jalanan
andaikan kita tidak bisa memberi barang yang
berguna, berilah sedikit senyuman janganlah kita
menghardik dan mencacinya.Siapa pun sebetulnya
tidak ingin memiliki nasib yang demikian.

Buka mata, telinga dan hati mari kita peduli dan berbagi apapun yang kita miliki ,setidaknya sedikit bisa mengurangi
beban di hati saudara-saudara kita.

Demikianlah sebuah catatan renungan semoga
bermanfaat. .. Barakallahu fiikum….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar